Pengkepoku

Sabtu, 13 Januari 2018

Komunikasi Lisan dan Komunikasi Tulisan

Ruang Lingkup

Komunikasi Lisan dalam Bernegoisasi

Sebagaimana kita cukup sering mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya seseorang untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timabal balik dari pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar belakng, pola pemi-kiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
Agar dalam berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap yakni:

  1.  Fact-finding, mengumpulkan fakta-fakta atau data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebelum melakukan negosiasi.
  2. Planning/rencana, sebelum bernegosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan Anda terhadap lawan tersebut, perkirakan/bayangkan kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan berbicara terhadap apa yang Anda katakan.
  3. Penyampaian, lakukan negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan gunakan istilah khas yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-kata yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda terhadap kata yang disampaikan.
  4. Umpan balik, negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi lawan bicara. Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–geleng kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
  5.  Evaluasi, perlu untuk menilai apakah tujuan berkomunikasi/negosiasi sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang lebih baik.


Meskipun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering terjadi justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan memenangkan pendapatnya.
Kalau terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan untuk menang. Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan kekalahan dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian keinginan kita yang dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.

Komunikasi dalam Tulisan
  • Penulisan Kabar atau Berita

Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H, agar berita itu lengkap, akurat dan memenuhi standar. Artinya berita itu disusun dalam pola yang baku dan mudah dipahami isinya oleh pembaca, pendengar atau pemirsa.
Struktur penulisan berita menggunakan piramida terbalik, tujuannya agar setiap penulisan berita wartawan dapat tersusun dengan sistematis.
Penulisan berita pada alinea pertama merupakan inti berita atau isi keseluruhan dari berita. Selain itu, tubuh berita dan penutup. Dalam piramida terbalik, semakin turun alinea maka semakin kurang pentingnya isi berita itu.

  • Penulisan Pesan-pesan Persuasif

Penulisan persuasif merupakan suatu usaha untuk merubah sikap kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai tujuan.Pesan-pesan persuasive dimulai dengan melakukan:

  1. Analisis audiens
  2. Pertimbangan perbedaan budaya
  3. Memilih pendekatan organisasional

Dalam membuat suatu permintaan persuasif perlu diperhatikan manfaat yang didapat baik secara langsung maupun tidak langsung.


  • Korespondensi (Surat Menyurat)


Korespondensi istilah yang dikenal sebagai surat-menyurat. Korespondensi adalah suatu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi tertulis. Korespondensi bisnis merupakan kegiatan korespondensi antara satu pihak dengan pihak lainnya, baik secara lembaga atau perorangan yang ada kaitannya dengan bisnis.

STUDI KASUS

Komunikasi Lisan dalam Bernegoisasi

Disini ilustrasi komunikasi dalam Negosiasi bisnis dengan mengambil kasus negosiasi dengan orang Jepang. Kontak permulaan merupakan fase yang sangat penting guna membangun hubungan personal yang berkelanjutan. Kontak permulaan lewat korespodensi, faksimile atau telepon dianggap sebagai cara yang kurang efektif atau tepat. Kebanyakan perusahaan Jepang menanggapi dengan lamban, bahkan seringkali tanpa respon. Hal ini terjadai pertama kerana hambatan bahasa dan komu-nikasi terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang tidak terbiasa membuat kontak lang-sung dengan perusahaan asing. Kedua, surat menyurat tidak memberi infor-masi yang cukup. Tanpa informasi yang cukup, kontak dagang sulit dilakukan dan negosiasi mengalami kegagalan. Hal kecil yang tidak bisa disepelekan dalam kontak permulaan adalah kebiasaan menukar kartu nama. Orang Jepang sangat sulit menghapal ejaan asing, kerana itu kartu nama merupakan arsip penting yang selalu disimpan dengan cermat. Tanpa kartu nama orang Jepang akan sulit meng-hubungi calon rekannya. Orang Jepang dalam negosiasi tidak langsung pada persoalan. Selalu diawali dengan soal-soal yang tidak relevansinya dengan bisnis. Misalnya, membica-rakan lukisan yang tergantung di tembok, atau berbasa-basi tentang urusan keluarga. Orang Jepang selalu mengatakan ya segala hal yang dikemukakan lawan bicaranya. Tetapi jangan salah mengerti, ya bukan berarti iya saya setuju untuk transaksi, melainkan ya saya faham apa yang anda sampaikan.

Komunikasi Tulisan

Dahulu kala sebelum teknologi berkembang seperti sekarang, jika seseorang ingin berkomunikasi dengan teman maupun keluarganya yang tempat tinggalnya jauh harus menggunakan selembar kertas yang berisi sebuah tulisan yang ingin disampaikannya. Lalu dikirim melalui sebuah burung merpati. Kemudian zaman sedikit berkembang, orang-orang berkomunikasi melalui surat. Sebuah tulisan yang dikirim melalu kantor pos. Dan, saat ini teknologi yang canggih sudah merambah dunia. Kini, jika seseorang ingin berkomunikasi dengan kerabat jauhnya, ia dapat mengirim sebuah surel kepadanya, atau menelponnya.  

Sumber:
http://www.esaunggul.ac.id/article/komunikasi-dalam-negosiasi-bisnis/
https://devita201.wordpress.com/2016/06/05/komunikasi-dalam-tulisan/